Mungkinkah seorang sarjana ilmu umum bisa menjadi ulama?
Ada yang beranggapan itu suatu yang mustahil karena orang tersebut terhitung ‘agak telat’ untuk mendalami dan mengkaji ilmu-ilmu Islam yang demikian luas. Namun survai membuktikan tidak benarnya asumsi semacam ini. Pada zaman ini tidak sedikit kita jumpai para ulama ahli sunnah yang memiliki latar belakang ilmu umum. Di antaranya adalah Muhammad bin Ahmad bin Ismail bin Musthofa al Muqaddam.
Beliau adalah salah seorang ulama ahli sunnah di Mesir. Beliau lahir di kota Iskandariah, Mesir pada awal bulan Dzulqa’dah tahun 1371 H atau 26 Juli 1952.
Beliau adalah seorang pemegang ijazah S1 di bidang kedokteran dan bedah dari fakultas kedokteran Universitas Iskandariah, diploma kesehatan kejiwaan (baca: psikologi) dari Ma’had ‘Ali li al Shihah al ‘Ammah, Universitas Iskandariah. Di samping itu beliau juga menyandang gelar Lc di bidang hukum Islam dari Universitas al Azhar. Beliau juga salah seorang anggota Jum’iyyah Al ‘Alamiyyah al Islamiyyah li al Shihhah al Nafsiyyah (Organisasi Dunia Islam untuk Kesehatan Jiwa).
Beliau bergabung dengan Jamaah Anshor al Sunnah (sebuah organisasi ahli sunnah yang berpusat di Mesir) di kota Iskandariyyah sejak tahun 1965. Beliau mulai menjadi penyebar dakwah ahli sunnah salafiyyah sejak tahun 1972. Pada tahun 1977 di kota Iskandariah beliau mendirikan sekolah al Salafiyyah. Beliau memberikan kajian ilmiah di berbagai propinsi di Mesir di samping beberapa negara Arab, Eropa dan USA.
Di antara guru beliau dari kalangan ulama Jamaah Anshor Sunnah adalah Syeikh Muhammad Sahnun, Syahin Kasyif Abu Ras dan Abdul Aziz bin Rasyid al Najdi. Sedangkan guru-guru beliau ketika belajar di Azhar di antaranya adalah Syeikh Ismail Hamdi, Mahmud Ied, Shubhi al Khasysyab dll.
Di antara ulama yang beliau mendapatkan kehormatan sehingga bisa bertemu atau duduk di majelis kajiannya adalah Syeikh Abdur Razaq Afifi, Abdullah bin Humaid, Ibnu Baz, Muhammad Nasiruddin al Albani, Hammad bin Muhammad al Anshari, Abdullah bin Quud, Ibnu Utsaimin, Abdullah bin Muhammad al Ghunaiman, Abdullah bin Jibrin, Abu Bakr al Jazairi, Rabi bin Hadi al Madkhali, Muqbil bin Hadi al Wadii, Sayyid Sabiq, Dr Mushthofa Hilmi, Muhammad Rasyad Salim dan Rasyad Ghanim.
Di antara buku-buku karya beliau adalah Tamamul Minnah bil Radd ‘ala A’dais Sunnah (nikmat yang sempurna sebagai bantahan bagi para musuh sunnah Nabi), Adillah Tahrim Halqi al Lihyah (dalil-dalil tentang haramnya memangkas habis jenggot), Adillah Tahrim Mushafahat al Ajnabiyyah (dalil-dalil tentang haramnya berjabat tangan dengan perempuan yang bukan mahrom), ‘Uluww Himmah (Obsesi yang tinggi), Bid’ah Taqsim ad Din ila Qasyrin wa Lubbin (bid’ahnya pembagian agama menjadi kulit dan isi/substansi agama), Khid’ah Harmajidun (tipuan perang Armagedon) dan seri Audatul Hijah (kembalinya hijab) yang terdiri dari tiga jilid, jilid pertama berjudul Ma’rakah al Hijab wa al Sufur (Konflik antara bercadar atau tidak), jilid kedua berjudul al Mar’ah baina Takrim al Islam wa Ihanah al Jahiliyyah (perempuan antara pemuliaan Islam dan penghinaan jahiliyyah) dan jilid ketiga berjudul Adillah al Hijab (dalil-dalil wajibnya cadar).
Beliau juga memiliki kurang lebih 1500 kaset rekaman kajian-kajian rutin beliau di beberapa masjid di kota Iskandariah.
Di antara kajian beliau adalah tentang tafsir al Qur’an. Di forum ini beliau mengkaji dua kitab tafsir yaitu Mahasin al Ta’wil karya al Qasimi dan Adwa-ul Bayan karya Syinqithi, fiqh dengan mengkaji kitab Manar al Sabil (sebuah buku fiqh mazhab Hambali), kajian akidah dengan membahas seri al Aqidah fi Dhou’ al Qur’an wa al Sunnah karya Dr Umar al Asyqar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar